Tren Kendaraan Listrik di Indonesia: Peluang dan Ancaman bagi Industri Otomotif

Sewa Mobil Perusahaan – Toyota Innova kembali menjadi mobil terlaris di Indonesia pada 2024 dengan total penjualan mencapai 63.676 unit. Namun, yang lebih menarik adalah lonjakan signifikan dalam penjualan kendaraan listrik (EV). Berdasarkan data GAIKINDO, total penjualan mobil listrik berbasis baterai sepanjang 2024 mencapai 43.143 unit, mengalami pertumbuhan tahunan (YoY) sebesar 152% dibandingkan 17.062 unit pada tahun sebelumnya. Sebaliknya, kendaraan berbasis mesin pembakaran internal (ICE) mengalami penurunan penjualan dengan pertumbuhan negatif sebesar -14,7% (YoY).

Peningkatan ini mendorong pangsa pasar kendaraan listrik naik menjadi sekitar 4,7% dari total penjualan mobil nasional pada 2024. Sementara itu, mobil berbasis ICE masih mendominasi dengan pangsa pasar sekitar 95,3%, meskipun tren penjualannya terus menurun.
Dari perspektif manajemen strategis, pergeseran ini menciptakan peluang sekaligus ancaman bagi para pelaku industri otomotif, antara lain:
1. Peluang Besar bagi Produsen Kendaraan Listrik (EV)
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kendaraan listrik menandakan adanya perubahan preferensi konsumen yang semakin mempertimbangkan aspek efisiensi, keberlanjutan, dan biaya operasional yang lebih rendah. Hal ini menjadi peluang besar bagi produsen EV untuk terus mengembangkan produk yang dapat menggantikan mobil berbasis ICE.
Keunggulan utama produsen EV terletak pada inovasi yang agresif serta dukungan dari sisi finansial, riset dan pengembangan (R&D), serta pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pasar. Produsen EV yang mampu menghadirkan teknologi baterai dengan daya tahan lebih lama, waktu pengisian lebih cepat, serta infrastruktur pengisian daya yang semakin luas akan semakin unggul dalam persaingan.
Tidak hanya itu, kolaborasi dengan pemerintah dalam hal insentif pajak dan subsidi kendaraan listrik juga menjadi faktor penting dalam percepatan adopsi EV. Produsen yang mampu memanfaatkan momentum ini akan semakin mengukuhkan posisinya di pasar dan mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi.
Keberhasilan produsen EV yang mencatat pertumbuhan hingga 152% menunjukkan bahwa pasar sedang bergerak menuju era elektrifikasi, dan pemain yang responsif terhadap tren ini akan mendapatkan keuntungan besar.
2. Ancaman bagi Produsen Kendaraan ICE yang Harus Beradaptasi
Bagi produsen mobil berbasis ICE, pergeseran menuju kendaraan listrik menghadirkan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Disrupsi yang ditimbulkan oleh EV semakin nyata karena barrier to entry bagi produsen baru di industri ini tidak terlalu tinggi.
Beberapa merek baru dari China, misalnya, dengan cepat masuk ke pasar dan menawarkan kendaraan listrik yang lebih terjangkau dengan teknologi yang kompetitif.
Untuk menghadapi ancaman ini, produsen ICE harus segera beradaptasi dengan mengembangkan strategi diversifikasi. Banyak merek ternama yang mulai beralih ke kendaraan hybrid sebagai langkah transisi sebelum sepenuhnya beralih ke EV. Model hybrid memungkinkan produsen mempertahankan pelanggan lama yang belum siap sepenuhnya menggunakan kendaraan listrik, sekaligus memperkenalkan teknologi elektrifikasi secara bertahap.
Selain itu, merek-merek ICE yang sudah memiliki keunggulan dalam hal reputasi dan teknologi harus mempercepat inovasi di sektor elektrifikasi. Misalnya, meningkatkan efisiensi mesin hybrid, memperkenalkan fitur-fitur canggih berbasis teknologi digital, serta memperluas jaringan servis dan ketersediaan suku cadang untuk kendaraan listrik mereka.
Jika produsen ICE tidak segera mengambil langkah adaptasi yang tepat, mereka berisiko kehilangan pangsa pasar secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan.
3. Tantangan Berat bagi Produsen ICE yang Tidak Memiliki Keunggulan Kompetitif
Bagi produsen kendaraan berbasis ICE yang tidak memiliki kekuatan signifikan dalam hal teknologi, brand awareness, atau strategi inovasi yang jelas, transisi menuju elektrifikasi menjadi tantangan yang sangat berat. Dalam beberapa tahun terakhir, sudah ada beberapa produsen yang memutuskan untuk keluar dari pasar Indonesia karena tidak mampu bersaing dengan gelombang kendaraan listrik yang semakin mendominasi.
Produsen yang tidak memiliki strategi diversifikasi atau inovasi yang kuat akan kesulitan bersaing dengan merek-merek yang lebih adaptif. Mereka akan menghadapi tekanan dari berbagai sisi, mulai dari regulasi pemerintah yang semakin mendukung kendaraan listrik, perubahan preferensi konsumen yang lebih memilih teknologi ramah lingkungan, hingga meningkatnya persaingan dari produsen EV yang semakin agresif.
Pada akhirnya, produsen ICE yang tidak mampu bertahan akan terpaksa mengakhiri operasionalnya lebih awal, sementara yang masih ingin bertahan harus melakukan konsolidasi atau mencari strategi aliansi dengan perusahaan lain untuk meningkatkan daya saing mereka.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain adalah melakukan merger dengan produsen EV, mengembangkan model listrik dengan menggandeng mitra strategis, atau mengalihkan fokus bisnis ke segmen kendaraan niaga atau spesifik yang masih memiliki permintaan tinggi.
Kesimpulan
Transformasi industri otomotif menuju kendaraan listrik bukan lagi sekadar tren, tetapi sudah menjadi arah masa depan yang tidak terelakkan. Produsen yang mampu menangkap peluang dan beradaptasi dengan perubahan ini akan mendapatkan keuntungan besar, sementara mereka yang tidak siap menghadapi perubahan akan tertinggal atau bahkan terpaksa keluar dari pasar.
Dengan semakin banyaknya inovasi dan dukungan dari berbagai pihak, transisi menuju kendaraan listrik di Indonesia diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Bagi perusahaan yang membutuhkan kendaraan operasional dengan fleksibilitas tinggi tanpa harus mengeluarkan investasi besar, layanan sewa mobil perusahaan menjadi solusi yang tepat. Agungrent menyediakan berbagai pilihan kendaraan berkualitas untuk kebutuhan bisnis Anda, termasuk opsi kendaraan listrik dan hybrid. Kunjungi agungrent.co.id untuk informasi lebih lanjut mengenai sewa mobil perusahaan dan temukan solusi transportasi terbaik bagi perusahaan Anda.
Sumber: LinkedIn
Berita Terkait

10 Produsen Mobil Terbesar Februari 2025: Toyota hingga Wuling

Manfaat Service Mobil Secara Rutin

Bisnis Otomotif Memberikan 40,2% untuk Kinerja Astra (ASII) 2024, Simak Rinciannya!
